Laman

Senin, 09 Agustus 2010

Misteri Sungai Es pada Permukaan Asteroid

8 August, 2010
Ruang angkasa, banyak sekali misteri termasuk sungai es di permukaan asteroid ini, terlebih lagi asteroid ini berdekatan dengan matahari. Mengapa esnya tidak beku? Pertama kalinya, cairan aliran dari es seperti sungai ditemukan di permukaan asteroid atau planet kecil. Penemuan ini diharapkan bisa membantu memberikan pencerahan asal mula lautan di planet Bumi.
teleskop
teleskop pencari asteroid
Seperti dilansir livescience.com, Kamis 29 April 2010, dua tim peneliti independen mengidentifikasi asteroid itu dan diberi nama 24 Themis.
Sebuah batuan besar meluncur dengan kecepatan tinggi di angkasa menyerupai sabuk di asteroid. Asteroid itu terletak di antara Mars dan Jupiter. Asteroid dilapisi partikel seperti lapisan embun yang membeku.
Tidak hanya itu, peneliti asteroid juga berisi material organik termasuk molekul-molekul yang menunjang kehidupan. Tetapi, para peneliti belum menemukan bukti lain kehidupan itu sendiri di asteroid. Juga, kehidupan lain di jagat raya ini selain di Bumi.
Komet, ‘benda langit berekor’ juga diketahui memiliki unsur air di dalamnya. Tidak aneh kalau komet berunsur air, karena memang biasanya berlokasi jauh dari pusat tata surya, matahari.
Tetapi, adalah hal yang aneh bila asteroid yang berlokasi tak jauh dari matahari itu, memiliki unsur air. Anehnya lagi, unsur air di asteroid itu tidak menguap karena panasnya matahari.
Ceres, hingga saat ini masih diklaim sebagai asteroid terbesar di jagat raya. Diperkirakan, kandungan air dalam asteroid ‘Ceres’ merupakan yang terbesar di antara asteroid lain.
Tetapi, ilmuwan memperkirakan kandungan air dalam bentuk beku di asteroid itu masih tersimpan di bawah permukaan. Ini berbeda dengan asteroid 24 Themis, yang berada di permukaan. Kandungan air di permukaan asteroid 24 Themis itu diperkirakan tersebar seluas sekitar 198 kilometer.
“Ini adalah pertama kalinya kami benar-benar melihat es. Secara harfiah adalah H20 di asteroid,” kata pimpinan peneliti, Andrew Rivkin dari Johns Hopkins University. (hs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar